Jumat, 07 Agustus 2009

PERKEMBANGAN SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PENTING
PADA TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT
DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH


Oleh :
Balai Perlindungan Perkebunan dan Pengawsan Benih
Provinsi Kalimantan Tengah *)


Hasil pengamatan Tim Kerja Balai Perlindungan Perkebunan dan Pengawasan Benih Provinsi Kalimantan Tengah yang dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2009 pada perkebunan rakyat di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat dan Kabupaten Kapuas, menemukan beberapa jenis hama dan penyakit penting yang menyerang tanaman perkebunan. Untuk jenis hama yang teridentifikasi adalah; Hama tanaman Kelapa (Oryctes rhinoceros), dan Brontispa (Bhronsthispha longissima). Hama Rayap (Microtermes inpiratus) pada tanaman karet. Jenis penyakit dijumpai berupa Jamur Akar Putih (JAP) (Rigidopurus lignosus) dan Penyakit Kering Bidang Sadap (Ceratocytis fimbriata) pada Karet, Penyakit Layu Kalimantan (Phythoplasma) pada Kelapa dan Busuk Pangkal Batang pada Tanaman Lada (Phythophthora capsici).

I. Hama-hama Perkebunan

Serangan hama pada tanaman perkebunan, secara teknis sebagian besar telah mampu dikendalikan oleh petani. Namun, masih perlu dilakukan penjelasan lebih lanjut tentang upaya-upaya pengendalian terutama terhadap hama-hama spesifik yang belum dikuasai penanganannya.

1. Hama Bronthispa (Bronthispa longissima) pada Tanaman Kelapa

Hama Bronthispa menyerang tanaman kelapa, pada saat ini cukup menyulitkan petani untuk mengatasinya. Hama Bronthispa longissima, menyerang pucuk tanaman kelapa, mengakibatkan pucuk tanaman kelapa tidak berkembang. Daun-daun kelapa yang berhasil berkembang mengalami malformasi menjadi berkerut-kerut. Berakibat gugurnya buah-buah kelapa yang masih muda. Hama ini dijumpai di Desa Samuda Besar, Parebok Kecamatan Teluk Sampit.

Pada serangan yang hebat dapat dilakukan dengan cara kimiawi yaitu menggunakan insektisida Ambush 2 EC (Permetrin), Dursban 20 EC (Klorpirifos), Sevin 85 S (Karbaril). Dilarutkan sesuai dosis, disemprotkan pada pucuk tanaman kelapa. Sebelum dilakukan penyemprotan, sebaikya seludang pucuk kelapa dubuka dan dibersihkan. Dengan demikian efektifitas semprot dapat tercapai.

Dengan pengendalian hayati hama Bronthispa dapat dikendalikan dengan musuh alami yaitu parasit Larva dan Pupa Tetrastichodes bronthispae yang dibiakan secara khusus. Musuh alami ini dapat diperoleh dari Pusat Penelitian Kelapa dan Palma Departemen Pertanian di Selawesi Utara.

2. Hama Rayap (Microtermes inpiratus) pada Tanaman Karet

Hama Rayap banyak mendatangkan kerusakan pada tanaman karet di Kalimantan Tengah. Hama ini sampai sekarang berkembang luas di lapangan. Rayap menyerang pada akar dan batang tanaman karet mengakibatkan pelukaan jaringan sehingga mengalami kerusakan. Pada tingkat serangan yang berat mengakibatkan tanaman karet mengalami kematian dan rebah. Akibat pelukaan akar tanaman karet mengakibatkan mudah diserang oleh penyakit.

Pengendalian rayap dapat dilakukan secara mekanis, kultur teknis dan kimia. Pengendalian mekanis dilakukan dengan membongkar sarang-sarang rayap yang menyerang tanaman karet, membakar sarang dan sisa-sisa tumbuhan yang dapat dijadikan sarang oleh hama rayap. Selain itu pada kebun tanaman karet yang dimiliki petani dapat dibuat sarang-sarang buatan untuk memancing rayap yang ada diseputar kebun. Sarang tersebut dibuat dengan cara menggali tanah dengan ukuran 1 x 2 m, kedalaman 1 m. Pada lobang tersebut diisi dengan sisa-sisa tunggul dan kayu-kayu yang ada disekitar kebun dan disenangi oleh hama rayap. Kayu yang diisi dalam lobang sampai rata dengan permukaan tanah. Permukaan lobang ditutupi dengan tanah setebal 5 cm.

Untuk memancing hama rayap untuk mendiami sarang perangkap, dilakukan upaya pembersihan pokok-pokok tanaman karet yang disinyalir diserang oleh hama rayap. Dilakukan dengan cara pembongkaran atau menebarkan insektisida sehingga hama rayap tersebut lari dan mencari sarang baru. Setelah rayap membentuk koloni dalam jumlah besar pada sarang perangkap, dilakukan pengendalian dengan cara menyiramkan insektisida seperti Dursban 20 EC (Klorpirifos), Marshal 200 EC (Karbosulfan) atau menggunakan larutan potasium seperti yang dilakukan petani di Kabupaten Barito Timur.
Untuk mencegah hama rayap juga dapat dilakukan dengan menanam tanaman pestisida nabati yang tidak disukai oleh rayap seperti Tanaman Tuba (Derris sp) pada kebun karet yang dimiliki petani.

II. Penyakit yang Menyerang Tanaman Perkebunan

Pengendalian serangan penyakit pada tanaman perkebunan seperti Jamur Akar Putih pada tanaman Karet, Penyakit Layu Kalimantan pada Tanaman Kelapa dan Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Tanaman Lada, hingga saat ini masih belum dilakukan dan belum dikuasai secara baik oleh para petani pekebun di Kalimantan Tengah. Untuk maksud tersebut, kami berupaya menuliskan tentang cara identifikasi, dampak yang ditibulkan, cara penanganan dan manfaat mengendalikan penyakit tersebut.

1. Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) pada Tanaman Karet

Penyakit Jamur Akar Putih ditemukan hampir merata di seluruh wilayah Kalimantan Tengah. Ditandai dengan rontoknya daun pada bagian pucuk dan pada bagian akar tanaman karet ditemukan infeksi miselium jamur akar putih. Tanaman selanjutnya secara pelan-pelan mengalami kematian. Hasil pengamatan pada kebun Sdr. Miheldi di Desa Palantaran Kecamatan Cempaga Hulu, dilaporkan pada mulanya dari luas kebun 2 Ha menghasilkan latek sebanyak 90 kg/hari. Setelah terjadinya serangan jamur akar putih, produksi latek hanya tinggal 50 kg/hari dan memiliki kecenderungan terus mengalami penurunan.

Penurunan produksi disebabkan karena pokok-pokok tanaman karet yang semula produktif mengalami kematian. Kematian tanaman karet terjadi secara berkelanjutan. Dari jumlah pokok sebanyak 850 batang, hingga kini hanya bersisa sebanyak 625 batang. Kondisi tanaman yang ada juga memprihatikan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanaman yang tersisa juga mengalami serangan jamur akar putih.

Gejala serangan JAP pada tanaman karet ditandai dengan adanya perubahan warna pada daun-daun muda. Daun berwarna hijau kusam, permukaan daun lebih tebal dari yang normal, adakalanya tanaman membentuk bunga/buah lebih awal. Gejala tersebut hampir sama dengan gejala kerusakan akar pada umumnya.

Jamur akar putih bersifat parasit fakultatif artinya patogen yang dapat hidup sebagai saprofit yang kemudian menjadi parasit. Perkembangan penyakit jamur akar putih terjadi melalui penyebaran spora. Pada kebun-kebun karet yang lembab sangat mudah berkembang biak. Umumnya jamur akar putih telah menginfeksi biji atau bahan tanam yang berasal dari biji. Dengan demikian jamur akan berkembang pada situasi dimana tanaman yang dikembangkan dalam kondisi lembab dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Tingkat serangan jamur akar putih adalah mematikan dan menular kepada tanaman lain. Kebun-kebun yang terserang memerlukan penanganan serius. Jika tidak maka kebun akan mengalami kematian.

Untuk dapat mengatasi perkembangan serangan jamur akar putih dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara pertama yaitu dengan melakukan pembongkaran tunggul-tunggul sisa-sisa hutan, membongkar tanaman-tanaman yang terserang dan membakarnya, jangan dibiarkan akar, batang, ranting dan daun tanaman yang terserang tersisa. Cara kedua melakukan pengobatan tanaman-tanaman yang terinfeksi dengan menggunakan fungisida. Fungisida yang dapat digunakan berupa fungisida dengan merek dagang seperti Alto 100 SL (Siprokonzaol), Anvil 50 C (Heksakonazol), Bayfidan 3 G (Triadimenol) , Bayfidan 250 EC (Triadimenol), Bayleton 2 PA dan Bayleton 250 EC (Triadimefon) dari Bayer. Efektifitas hasil pengendalian sangat bergantung pada kegiatan penyemprotan/ penyiraman.

Dalam hal penggunaan bahan tanam, hendaknya dilakukan seleksi dini dengan menyingkirkan benih/bibit karet yang dicurigai terserang JAP. Prinsip yang digunakan adalah “pencegahan lebih baik dari pada pengobatan”.

Pengendalian JAP menggunakan Agensia Hayati yaitu musuh alami Trichodherma koningii sangat baik. Disebabkan agensia hayati tidak merusak lingkungan dan berefek menyembuhkan dan memusnahkan JAP. Musuh alami JAP berupa Trichoderma koningii yaitu jamur antagonis yang tumbuh di dalam tanah pada lapisan tanah yang sama dengan JAP. Jamur ini secara alami berkembang biak di dalam tanah, namun tidak semua wilayah ditumbuhi. Untuk itu perlu kita kembangkan, khususnya pada kebun-kebun karet. JAP akan mati apabila Trichoderma ditumbuhkan dan dikembangkan.

Terdapat dua jenis jamur Trichoderma yaitu Endogenik dan Eksogenik. Trichoderma endogenik adalah jenis jamur tanah yang dapat masuk ke dalam jaringan meristematik perakaran karet. Sedangkan eksogenik yaitu Trichoderma yang hanya berkembang di daerah seputar perakaran dan tidak memasuki sistem perakaran tanaman karet.

Trichoderma koningii endogenik sangat baik sekali untuk mengatasi JAP secara berkelanjutan. Pengendalian JAP dengan Trichoderma hanya dilakukan beberapa kali selama tanaman karet hidup. Ini dimungkinkan apabila Trichoderma yang diaplikasi tumbuh berkembang dengan baik pada tanah dan perakaran tanaman karet. Jamur ini sangat membantu proses dekomposisi unsur-unsur hara dan memberikan perlindungan pada sistem perkulitan tanaman karet. Kulit tanaman karet terlihat segar sehingga proses penyadapan karet berjalan dengan sempurna.

Jamur Trichoderma koningii yang tumbuh pada wilayah perakaran tanaman karet akan menghambat pertumbuhan Jamur Akar Putih (JAP) dan secara nyata akan memusnahkan JAP pada tanaman karet. Pertumbuhan Trichoderma berkembang sangat cepat pada saat musim hujan. Untuk satu pokok tanaman karet dewasa dibutuhkan Trichoderma siap sebar rata-rata sebanyak 150 gram.

Tricoderma koningii sangat baik sekali bila diberikan pada bibit tanaman karet dalam polybag. Jumlah yang diperlukan 35 gram/polybag. Menjamin bibit yang dikembangkan tidak terserang jamur akar putih.

Pencegahan perkembangan jamur akar putih pada perkebunan karet rakyat dapat dilakukan pula dengan cara melakukan tumpangsari tanaman antagonis seperti Lidah Mertua/Sanseviera, Sambiloto, tanaman sigsag, Laos dan Kunyit. Jenis tanaman ini dapat menekan pertumbuhan jamur akar putih. Jenis-jenis tanaman ini hendaknya dapat dikembangkan oleh petani, selain dapat mengurangi serangan JAP juga dapat memberikan nilai tambah bagi petani.

Pengendalian jamur akar putih menerapkan Sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Untuk itu diperlukan keseriusan para pihak terkait untuk mendorong percepatan penanganan permasalahan jamur akar putih di Kalimantan Tengah. Peran para pihak terkait untuk dapat membantu petani sangat diharapkan. Mengingat penyakit jamur akar putih sudah berkembang luas, tidak hanya di Kalimantan Tengah tapi juga pada daerah-daerah lain pengembang tanaman karet.

Jamur akar putih (JAP) apabila tidak ditangani serius dapat merusak seluruh pertanaman karet. Bersifat menyebar dan berdampak luas. Pertanaman karet dapat musnah dalam jangka waktu tertentu oleh serangan JAP. Ini akan merugikan kita yang saat ini sangat gencar-gencarnya mendorong pengembangan tanaman karet di Kalimantan Tengah. Kita berharap tanaman karet dapat berkembang dengan baik, sehat dan memberikan hasil yang tinggi. Pengendalian JAP hendaknya cepat dapat diatasi dengan menerapkan penggunaan Agensia Hayati Trichoderma koningii.

Dalam menghadapi penyakit JAP perlu diambil suatu kebujakan oleh Dinas Perkebunan yaitu “Seluruh Bibit Karet yang Beredar di Kalimantan Tengah yang dipergunakan sebagai bahan tanam, telah dijamin bebas JAP dengan cara Mengaplikasikan Pencegah Jamur Akar Putih yaitu Trichoderma koningii”. Dengan demikian dapat ditekan perkembangan penyakit Jamur Akar Putih secara berkelanjutan.

Tricodherma mudah dikembangkan. Balai Perlindungan Perkebunan dan Pengawasan Benih Provinsi Kalimantan Tengah telah lama mengembangkannya. Untuk dapat memproduksi jamur dalam jumlah yang cukup banyak dibutuhkan waktu kurang lebih 1 (satu) bulan. Trichoderma yang dihasilkan berupa Trichoderma koningii endogenik. Kualitas yang dihasilkan sangat baik, dintandai dengan berkembangnya jamur tanah pada media pembiakan dengan warna yang sangat hijau.

Trichoderma jika diperlukan dapat dipesan kepada Balai Perlindungan Perkebunan dan Pengawasan Benih Provinsi Kalimantan Tengah dengan alamat Jalan Tjilik Riwut Km 7 Palangka Raya Telepon 0536-3396135, Faximille 0536-3231266 Palangka Raya. Biaya per kilogram ditetapkan sebesar Rp. 17.500,- frangko Balai. Untuk mendukung pengendalian JAP oleh kelompok tani, Balai Perlindungan Perkebunan juga melayani pelatihan Pembuatan Trichoderma. Biaya yang diperlukan dapat disesuaikan dengan kemampuan Dinas/Lembaga terkait yang menangani permasalahan tersebut atau ketersediaan dana kelompok yang memerlukannya.

2. Penyakit Layu Kalimantan (Phythoplasma) pada Tanaman Kelapa

Penyakit Layu Kalimantan semula dijumpai di wilayah Desa Samuda Besar, Desa Samuda Kecil, Handil Ijum, Desa Parebok, Samuda Kabupaten Kotawaringin Timur. Penyakit ini dapat menular dan dikhawatirkan dapat mewabah seperti penyakit Layu Natuna. Pada saat pengamatan oleh Pokja, serangan penyakit ini sudah mengalami penurunan. Pada sekitar tahun 2004, serangan penyakit layu kalimantan sangat terlihat jelas. Saat ini terjadi penurunan jumlah serangan.

Tanda-tanda penyakit layu kalimantan terlihat pada pucuk tanaman kelapa. Pucuk kelapa mengering, layu dan mati. Tanaman berturut-turut secara total mengalami kematian.

Penyebaran penyakit terjadi karena pelukaan pada saat panen atau adanya pelukaan lainnya. Phythoplasma akan menginfeksi bekas-bekas pelukaan dan memasuki jaringan meristematik tanaman. Jaringan meristematik mengalami kerusakan sehingga pertumbuhan tanaman terhambat.

Penurunan jumlah serangan Penyakit Layu Kalimantan disebabkan meningkatnya pemahaman masyarakat untuk secepatnya melakukan penebangan tanaman kelapa yang terserang dan selanjutnya dilakukan pembakaran. Dengan pembakaran tidak terjadi penularan penyakit pada tanaman lain. Pada bekas-bekas tanaman yang terserang dapat ditanami tanaman kelapa baru dengan jenis tahan terhadap serangan penyakit layu kalimantan. Penurunan intensitas serangan penyakit layu kelapa merupakan salah satu keberhasilan yang perlu kita sukuri karena dengan demikian kelestarian tanaman kelapa khususnya di wilayah Kotawaringin Timur dapat dipertahankan.

Peran pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan Kotawaringin Timur juga harus kita apresiasi tinggi dan akui, karena secara kontinyu melakukan upaya pengendalian penyakit layu kalimantan dengan berkoordinasi dengan Pusat Penelitiaan Kelapa dan Palma di Manado. Sehingga upaya penanganan penyakit layu kalimantan pada tanaman kelapa di Samuda dapat terselenggara dengan baik. Selain itu secara konsisten menyediakan bahan tanam kelapa yang jenisnya tahan terhadap serangan penyakit layu kalimantan.

3. Penyakit Busuk Pangkal Batang (Phythohpthora capsici) pada Tanaman Lada

Tanaman lada terbesar pengembangannya ada di Kabupaten Kotawaringin Barat dan sekitarnya. Tanaman ini pernah menjadi primadona bagi petani. Pada saat krisis ekonomi terjadi pada tahun 1997, harga lada melonjak naik. Semula hanya 30 ribu rupiah menjadi 100 ribu rupiah per kilogram, sangat menggembirakan bagi petani saat itu. Kondisi tersebut hanya terjadi sesaat, sekarang ini harga lada hanya berkisar 25 – 35 ribu rupiah per kologram.

Tanaman lada dari tahun ke tahun di Kabupaten Kotawaringin Barat mengalami penurunan luasan. Disebabkan adanya serangan penyakit yang sulit diatasi oleh petani yaitu Penyakit Busuk Pangkal Batang (Phythopthora capsici). Pengembangan tanaman lada masih diminati oleh petani, namun kendala yang dihadapi adalah adanya serangan penyakit Busuk Pangkal Batang dimana sampai saat ini belum tuntas upaya pengendaliannya sehingga sangat menghambat petani untuk mengembangkan lada secara luas.

Penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada ditandai dengan menguningngnya daun tanaman lada, berwarna kusam, kering dan rontok. Kekeringan menjalar pada seluruh bagian tanaman. Hal tersebut terjadi karena sistem perakaran pada pangkal tanaman lada terinfeksi oleh sejenis jamur yaitu jamur Phythophthora capsici. Sistem perakaran pada pangkal tanaman lada mengalami pembusukan berakibat kematian tanaman. Penyakit busuk pangkal batang bersifat menular melalui spora dan infeksi jamur pada tanaman lain.

Serangan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada telah mengganggu tanaman lada di Kotawaringin Barat. Upaya pencegahan telah dilakukan antara lain dengan mengupayakan pengembangan varietas tanaman lada baru seperti Natar yang dipahami memiliki ketahanan terhadap penyakit busuk pangkal batang. Namun perkembangan varietas Natar sangat lambat pertumbuhannya dibandingkan varietas Bengkayang yang sudah sejak lama dikembangkan oleh petani.

Penyakit busuk pangkal batang dapat diatasi dengan melakukan pengobatan secara Pengendalian Terpadu. Dengan menggunakan musuh alami. Musuh alami yang paling efektif dipergunakan adalah menggunakan Jamur Trichoderma harsianum. Pada tanaman lada yang terinfeksi dini, bila diberikan T. harsianum dapat menyembuhkan tanaman. Pada serangan berat, hendaknya tanaman lada dibongkar dan dilakukan pembakaran.

Dalam hal pengembangan tanaman lada, hendaknya bibit tanaman lada yang dipergunakan telah diaplikasi dengan Trichoderma harsianum. Ini penting dilakukan, karena bahan tanam yang dipergunakan untuk pembibitan umumnya telah terinfeksi oleh penyakit busuk pangkal batang dimana pada saat-saat tertentu berkembang dan mengganggu pertumbuhan tanaman lada.

Dalam mengatasi penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada sangat diharapkan peran para pihak terkait. Pemerintah hendaknya mendorong masyarakat petani untuk dapat mengendalikan penyakit tersebut dengan menggunakan musuh alami yaitu Trichoderma harsianum. Melakukan pengawasan terhadap peredaran benih/bibit tanaman lada secara ketat. Benih/bibit tanaman lada yang ditengarai terserang penyakit busuk pangkal batang hendaknya diisolasi untuk dilakukan penyehatannya dengan melakukan aplikasi Trichoderma.

Trichoderma harsianum jika diperlukan dapat dipesan pada Balai Perlindungan Perkebunan dan Pengawasan Benih Provinsi Kalimantan Tengah dengan alamat Jalan Tjilik Riwut Km 7 Palangka Raya Telepon 0536-3396135, Faximille 0536-3231266 Palangka Raya. Biaya per kilogram ditetapkan sebesar Rp. 17.500,- frangko Balai. Untuk mendukung pengendalian JAP oleh kelompok tani, Balai Perlindungan Perkebunan juga melayani pelatihan Pembuatan Trichoderma. Biaya yang diperlukan dapat disesuaikan dengan kemampuan Dinas/Lembaga terkait yang menangani permasalahan tersebut atau ketersediaan dana kelompok yang memerlukannya.

4. Penyakit Kering Bidang Sadap (Ceratocytis fimbriata) pada Tanaman Karet.

Penyakit kering bidang sadap pada tanaman karet disebabkan oleh serangan jamur Ceratocytis fimbriata. Kulit pada bidang sadap secara pelan-pelan mengering, mengakibatkan jaringan kulit tidak mampu mengeluarkan latek. Kering bidang sadap akan terus-menerus mengalami perluasan. Pada kondisi serangan berat, pokok karet yang terserang tidak menghasilkan latek.

Untuk dapat mengatasi penyakit bidang sadap dapat dilakukan dengan membuang bagian kulit karet yang mengering secara menyeluruh dan membersihkan bidang yang terserang dengan dicuci menggunakan air bersih. Bagian kulit yang dibuang hendaknya dilakukan pembakaran, sehingga tidak menular. Setelah bidang sadap yang mengalami kekeringan dibersihkan selanjutnya dioleskan fungisida menggunakan kuas.

Fungisida yang digunakan dapat dipilih salah satu merek seperti Bavistin 50 WP (Karbendazim), Bayleton 2 PA (Triadimefon), Benlate (Benomil) dan Derosal 60 WP (Karbendazim). Penggunaan fungsida sesuai dosis semprot yang direkomendasikan. Dapat diulang kembali pada minggu kedua dan ketiga. Biarkan hingga kondisi kulit tanaman karet tersebut pulih kembali.

Tanaman karet yang terserang penyakit bidang sadap hendaknya jangan dilakukan penyadapan. Penyadapan dapat dilakukan apabila kondisi kulit karet yang terserang benar-benar pulih. Kulit karet yang pulih dari serangan penyakit kering bidang sadap ditandai apabila ditoreh ringan akan mengeluarkan getah dalam jumlah yang normal.


KESIMPULAN

Ditemukan beberapa jenis hama dan penyakit penting yang menyerang tanaman perkebunan di Kalimantan Tengah. Seperti hama kelapa (Oryctes rhinoceros), dan Brontispa (Bhronsthispha longissima). Pada tanaman karet yaitu hama Rayap (Microtermes inpiratus). Jenis penyakit dijumpai berupa Jamur Akar Putih (JAP) (Rigidopurus lignosus) dan Penyakit Kering Bidang Sadap (Ceratocytis fimbriata) pada Karet, Penyakit Layu Kalimantan (Phythoplasma) pada Kelapa dan Busuk Pangkal Batang pada Tanaman Lada (Phythophthora capsici).

Hama penyakit tersebut perlu secepatnya ditangani secara serius oleh para pihak terkait. Apabila tidak dilakukan akan mengancam pengembangan tanaman perkebunan seperti karet, kelapa dan lada di Kalimantan Tengah. Kerugian akibat serangan hama dan penyakit dapat berakibat luas dan dapat menghentikan usaha masyarakat.

Langkah-langkah pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan melakukan sanitasi, eradikasi tanaman yang terserang, melakukan pengobatan dan melakukan pencegahan pada tanaman-tanaman yang sehat, mengembangkan musuh alami serta memberikan perlindungan pada bahan-bahan tanam yang dipergunakan sehingga dapat dijamin tanaman tersebut tidak akan terserang oleh hama penyakit. Pengembangan tanaman antagonis yang tidak disukai oleh hama dan penyakit perlu dilakukan.

Pengedalian hama penyakit secara hayati sangat baik dan perlu ditumbuh kembangkan di Kalimantan Tengah. Penggunaan musuh alami/predator perlu kita tingkatkan karena tidak menimbulkan kerusakan lingkungan, dapat dilaksanakan petani dengan mudah, bersifat ekonomis dan berkelanjutan.

*) Kelompok Kerja Pengamatan Hama Penyakit Tanaman Perkebunan (Ir. Herter, H. Ahmad Riyadi , Chrisbana Agan, SP dll).

GAMBAR-GAMBAR HAMA DAN PENYAKIT YANG MENYERANG
PERKEBUNAN RAKYAT DI KALIMANTAN TENGAH



PANGKAL TANAMAN KARET SISA SERANGAN JAMUR AKAR PUTIH DIDESA PALANTARAN KECAMATAN CEMPAGA HULU

TAJUK TANAMAN KARET YANG TERSERANG PENYAKIT JAMUR AKAR
PUTIH DI DESA PALANTARAN KECAMATAN CEMPAGA HULU.


TAJUK TANAMAN KELAPA YANG TERSERANG HAMA BRONTHISPA
DI DESA PAREBOK KECAMATAN TELUK SAMPIT KAB. KOTIM.



TAJUK TANAMAN KELAPA YANG TERSERANG PENYAKIT LAYU KALIMANTAN DI DESA SAMUDA KECIL KECAMATAN TELUK SAMPIT KAB. KOTIM.




CARA PENGENDALIAN BUSUK PANGKAL BATANG PADA TANAMAN LADA
MENGGUNAKAN TRICHODERMA HARSIANUM DI DESA LADA MANDALA
JAYA KECAMATAN PANGKALAN LADA



LATEK YANG DIHASILKAN OLEH TANAMAN KARET YANG SEHAT, MENETES DENGAN LANCAR DAN JUMLAH YANG BANYAK DI KOTAWARINGIN BARAT


PENYAKIT KERING BIDANG SADAP PADA TANAMAN KARET DI DESA
CATUR KARYA KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS.


SERANGAN HAMA RAYAP PADA TANAMAN KARET DI DESA CATUR KARYA
KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS


AKAR TANAMAN KARET YANG TERSERANG JAMUR AKAR PUTIH DI DESA
PALANTARAN KECAMATAN CEMPAGA HULU.